Ak 47 Buatan Indonesia

tvOnenews.com - AK-47 adalah sebuah senapan serbu buatan Soviet yang mungkin menjadi senjata yang paling banyak digunakan di dunia. Inisial AK singkatan dari Avtomat Kalashnikova, bahasa Rusia untuk Kalashnikov Otomatis yang menunjukkan Mikhail Timofeyevich Kalashnikov, perancang senjata AK ini. AK ini dibuat tahun 1947.

Sejak digunakan secara resmi oleh militer Soviet tahun 1949, AK-47 diakui mudah dioperasikan, tangguh, dapat diandalkan dalam kondisi sulit, dan dapat diterima untuk produksi massal. AK-47 dapat menembak dengan semi-otomatis dan otomatis. AK-47 diproduksi dalam dua desain dasar, satu dengan popor kayu dan yang lainnya, ditunjuk AKS, dengan popor logam lipat.

Mulai tahun 1959, AK-47 digantikan dalam layanan Soviet lini pertama oleh AKM, versi modern yang dilengkapi dengan pemandangan jarak jauh dan suku cadang produksi massal yang lebih murah, termasuk penerima lembaran logam yang dicap dan popor kayu lapis dan pegangan ke depan.

Berbagai masalah kemudian diselesaikan dan AKM digantikan oleh AK-47, yang mengadaptasi desain dasar Kalashnikov ke putaran 5,45 mm yang lebih kecil dengan kecepatan moncong yang lebih tinggi dari 900 meter per detik. Versi selanjutnya dari AK-74, AK-74M, adalah senjata infanteri utama tentara Rusia hingga abad ke-21.

Terlepas dari keuntungan mereka yang jelas, AK-47 dan AKM dianggap oleh militer Soviet memiliki masalah dengan akurasi, terutama karena kekuatan mundur yang dihasilkan oleh putaran 7,62 mm yang kuat dan kekuatan lain yang dikenal sebagai blowback yang dihasilkan oleh mekanisme internal senjata yang berat.

Halaman Selanjutnya :

Senapan serbu Kalashnikov tetap menjadi senjata dasar banyak tentara yang pernah memiliki hubungan politik dan militer dengan Uni Soviet, dan mereka telah lama menjadi senjata favorit bagi banyak gerakan gerilya dan nasionalis di seluruh dunia.

AK-47 (singkatan dari Avtomat Kalashnikova 1947, bahasa Rusia: Автомат Калашникова образца 1947 года) adalah senapan serbu yang dirancang oleh Mikhail Kalashnikov, diproduksi oleh pembuat senjata Rusia IZhMASh, dan digunakan oleh banyak negara Blok Timur semasa Perang Dingin. Senapan ini diadopsi dan dijadikan senapan standar Uni Soviet pada tahun 1947.[2] Jika dibandingkan dengan senapan yang digunakan semasa Perang Dunia II, AK-47 mempunyai ukuran lebih kecil, dengan jangkauan yang lebih pendek, memakai peluru dengan kaliber 7,62 x 39 mm yang lebih kecil, dan memiliki pilihan tembakan (selective-fire). AK-47 termasuk salah satu senapan serbu pertama dan hingga kini merupakan senapan serbu yang paling banyak diproduksi.[2][3]

Pada Perang Dunia II, Jerman menciptakan konsep membuat peluru daya menengah sama seperti negara-negara lain.[4] Hal ini didasari pengalaman bahwa pertempuran modern lebih banyak terjadi pada jarak yang cukup dekat, yaitu sekitar 300 meter.[4] Tenaga dan jangkauan peluru pada saat itu ternyata terlalu besar. Maka, Jerman mulai mengembangkan peluru. Pada akhirnya Heereswaffenamt mengontrak perusahaan Polte Werke untuk mengembangkan katrid ini.[4]

Sama seperti negara lain,[4] Soviet mengembangkan katrid daya menengah sebelum perang, namun hasil dari pengembangan dan tes dan katrid baru ini tidak membuat puas.[5] Pada perang, Soviet sadar bahwa mereka membutuhkan katrid baru, karena dari data pertempuran jarak tembak yang efektif biasanya pada jarak 600m-800 m.[6] Pada 1942 Soviet mendapat Mkb.42(H)[7] yang dinilai sebagai senapan mesin ringan baru Jerman, ditambah dengan M1 Carbine dari lend lease,[8] membuat Soviet tertarik membuat katrid daya menengah dengan contoh dari peluru .30 Carbine dan 7,92x33 mm Kurz.[6] Purwarupa pertama katrid daya menengah ini dibuat pada 1944 dengan panjang wadah 41 mm,[9] pada akhir 1944 dimulailah pengembangan senapan semi otomatis, senapan mesin, dan pistol mitraliur dengan menggunakan katrid ini untuk mengganti semua senapan lama Soviet.[9]

Kompetisi ini pertama kali diumumkan pada 1943,[6][9] dan dipimpin oleh Kepala Deputi Departemen Persenjataan Kecil (USV), Letnan Kolonen Balmain.[6] Untuk senapan otomatis (pistol mitraliur) spesifikasi untuk desainnya adalah sebagai berikut:

1. Berat total tidak lebih dari 5 kg dan berat dengan magazen tambahan(untuk dibawa saat bertempur) tidak lebih dari 9 kg

2. Panjang total tidak lebih dari 1000mm, panjang barel 500–520 mm

3. Bisa pilih tembak, amunisi magazen 30-35 peluru

4. Akurasi tidak boleh dibawah M1891 dan bisa menembak terus-menerus seperti senapan DP

5. Harus tahan 20.000 tembakan

6. Senapan harus memiliki bidikan sampai 1000m dengan bidikan setiap 50m

7. Senapan harus dapat menembak lebih dari 600 peluru/menit, akurasi praktikal dalam grub(3-5 peluru) tidak boleh kurang dari 80 peluru/menit, dan dalam mode semiotomatis 35 peluru/menit[6][10]

Banyak perancang terkemuka dari Soviet mengikuti kompetisi ini, tetapi Kalashnikov tidak ikut. Namun hasil dari para perancang ternyata tidak memenuhi spesifikasi yang diberi, hal ini membuat senapan-senapan ini lebih mirip ke senapan mesin ringan dibanding dengan pistol mitraliur. Semua desain bisa menggunakan bipod dan bayonet, pada saat di uji akurasi kebanyakan desain memiliki dispersi peluru yang besar. Keputusan akhir pada komisioner kompetisi ini menilai desain yang diberikan belum bisa menggantikan PPSh dan PPS, akhirnya diputuskan untuk melanjutkan kompetisi ini, dalam kompetisi ini hanya desain dari Sudayev (AS-44) yang memiliki ketahanan dan efiesnsi yang tinggi. Karena bakat dari Sudayev, desain ia selesai pada waktu yang cepat, hal ini membuat AS-44 menjadi desain yang paling siap di uji lapangan. Dalam tes lapangan AS-44 menjadi yang paling unggul, hal ini membuat para komisioner tertarik dengan AS-44. Dari hasil uji lapangan AS-44 disarankan untuk tidak memakai bipod dan bayonet untuk meningkatkan manuver dari AS-44. Namun, karena kematian dari Sudayev, kompetisi pertama ini di akhiri, AS-44 sendiri tidak diadopsi karena masih memerlukan pengembangan dari Sudayev.[6]

Pada 1946, dari pendapat manajemen persenjataan kecil Departemen Manajemen Persenjataan Kecil memutuskan untuk membuat kompetisi kedua untuk pistol mitraliur (Soviet tidak mempunyai konsep senapan serbu). Deputi Direktoriat Artileri(GAU) Kolonel Jendral N. D. Yavkolev menerbitkan perintah No.3131-45,[6] dengan spesifikasi:

1. Berat, dimensi, dan kemudahan untuk menembak di semua poisisi

2. Penembak harus bisa membawa 200-300 peluru.

3. Panjang 900–1000 mm, popor dibuat dengan kayu

4. Bisa memakai popor lipat dan bayonet

5. Nyaman dipakai, tidak memiliki bagian yang mudah tersangkut rintangan

6. Rata-rata tembak 400-500 peluru per menit (otomatis), semi otomatis memiliki rata-rata tembak 60-100 peluru per menit, penembak berpengalaman harus bisa menembak 100 peluru per menit.

7. 12-35 peluru dapat mengenai target dari jarak 300–400 m

8. Dapat diandalkan dan sederhana

Pada tahap awal kompetisi ini, USV GAU menerima 16 konsep desain, lalu di saring lagi dan dipilihlah 10 desain. Dengan pengalaman menrancang pistol mitraliur, senapan mesin, dan senapan semiotomatis. Kalashnikov mengikuti kompetisi ini. Kalashnikov memakai basis dari senapan yang ia kenal (M1 Garand) dan mekanisme dari senapan karbin yang ia buat, dalam membuat desainnya, rotating bolt dari Garand dimodifikasi oleh Mikhail Timofeyevich agar mempunyai penguncian yang kuat dan lebih tahan macet. Dari 10 desain dipilihlah 6 (Rukavishnikov, Kalashnikov, Baryshev, Korobov, Bulkin dan Dementiev) untuk di produksi dan di tes. Hasil dari tes ini AB-46 Bulkin menjadi yang terbaik, tetapi tak ada desain yang dipilih karena dinilai masih kurang. Para perancang di tahap awal dianjurkan untuk merevisi desainnya bedasarkan koreksi yang sudah dibuat, Kalashnikov sendiri menjadi yang terburuk diantara 6 orang terakhir, karena hal ini Kalashnikov dibantu oleh salah satu perancang dari Kovrov, yaitu A.A Zaitsev,[6][9][11] Komisioner kompetisi mencoba menolong semua orang dengan memberi kritik dan saran, namun hanya Kalashnikov yang mendengar semua masukan. lalu dari revisi ini diputuskan:

1. Desain yang tidak memenuhi spesifikasi dari GAU tidak di terima untuk di produksi.

2. Desain dari Kalashnikov (dengan stamped reciever), Bulkin, dan Dementiev, direkomendasikan untuk di revisi lagi.

Akhirnya senapan ketiga orang terakhir ini sudah di perbarui, tes pun di adakan dari 16 Desember 1947 sampai 11 Januari 1948. Dalam tes ini AK-47 menjadi yang terbaik secara keseluruhan, AB-47 memiliki performa yang baik di banding AK-47, namun AK-47 memiliki realibilitas dan ketahanan yang lebih baik. AD-47 menjadi yang paling buruk di antara ke 3 desain, dengan desain yang rumit dan performa tidak sebanding denga 2 senapan lain.[6][9]

Lalu pada akhirnya disimpulkan pada 10 Januari 1948:

1. Desain dari Kalashnikov menjadi yang terbaik dan direkomendasi di produksi untuk tes militer.

2. AK tidak mempunyai akurasi yang memuaskan saat menembak otomatis, tapi untuk menembak semiotomatis akurasinya sudah memuaskan jika dibanding dengan PPSh-41, tes militer lebih lanjut diperlukan.

3. Desain dari Bulkin dan Dementiev tidak memuaskan dan tidak memenuhi kriteria, rekomendasi pun di abaikan oleh mereka.

Akhirnya AK-47 di adopsi secara resmi dengan nama AK (angka 47 hilang karena sudah resmi diadopsi).[6][9]

AK, sering disebut salinan dari Stg 44, bahkan disebut Hugo Schmeisser membantu Kalashnikov untuk membuat AK. Nyatanya Hugo Schmeisser tidak diperbolehkan mengetahui “proyek senapan serbu” Soviet, karena merupakan proyek rahasia dan hanya orang-orang dalam Soviet yang boleh mengetahuinya.[9][11] Hugo Schmeisser sendiri dinilai tidak bekerja dengan baik karena lebih ahli dalam manajemen dibanding membuat desain senapan, karena latar belakang pendidikannya yang tidak tinggi.[9][11][12] Ia sendiri tidak menyukai bekerja dengan Soviet sampai menghasut para ahli Jerman lain untuk bekerja dengan buruk.[9][12]

Dari desain awal Kalashnikov (AK-46), Kalashnikov merombak habis desainnya dan hanya menyisakan rotating bolt dari M1 Garand,[6][9] akhirnya AK-47 menjadi seperti teka-teki yang bagiannya berasal dari banyak senapan dari seluruh dunia. Sistem pelatuk dari Holek (ZH-29),[6] mengganti sistem gas piston panjang awal dengan desain dari Bulkin (AB-46),[9][11] desain rendah friksi dari Sudayev (AS-44),[11] pengaman/penutup debu dari Browning (Remington Model 8),[9][11] tetapi Kalashnikov tidak meniru desain dari Stg 44.

Pada awalnya produksi receiver (bagian badan senapan yang berisi mekanisme penembakan) menemui banyak masalah. Model produksi pertama menggunakan receiver yang terbuat dari stamping (cetak besi) lembaran logam. Masalah yang ditemui adalah sulitnya mengelas railing pemandu dan ejektor, yang akhirnya menyebabkan banyaknya penolakan.[13] Tapi masalah ini tidak menghentikan produksi, sebagai penyelesaiannya, receiver stamping logam digantikan dengan receiver machined (dibentuk dengan alat/mesin khusus).[14] Proses ini memang lebih mahal, tetapi untungnya alat-alat dan pekerja yang dibutuhkan sudah tersedia, sebelumnya dipakai untuk produksi Mosin-Nagant. Karena masalah-masalah tadi, Uni Soviet baru bisa mendistribusikan senapan-senapan ini secara luas pada tahun 1956. Pada saat yang bersamaan, produksi senapan pendahulu AK-47, SKS, tetap berlanjut.[14]

Setelah masalah produksi berhasil diselesaikan, pada tahun 1959 sebuah rancangan baru dirumuskan dan diberi nama AKM (M untuk modernisasi—dalam bahasa Rusia: Автомат Калашникова Модернизированный).[15] Model baru ini menggunakan receiver stamping logam dan dilengkapi sebuah muzzle brake di ujung laras, untuk mengurangi tendangan. Selain itu ditambahkan juga penahan hammer (palu pemukul peluru) agar senapan bisa menembak dengan baik pada pilihan tembakan otomatis.[16] Model baru ini lebih ringan dari model awal, sekitar dua-pertiga berat awal.[15] Mayoritas produksi senapan Kalashnikov di luar Rusia, dengan lisensi maupun tanpa lisensi, menggunakan model AKM ini, karena mudahnya pembuatan receiver stamping. Model inilah yang paling banyak ditemui dan diproduksi di seluruh dunia. Tetapi, hampir semua senapan buatan Kalashnikov biasa disebut AK-47, ini adalah keliru, sebab AK-47 hanya adalah senapan-senapan yang menggunakan tiga model receiver paling awal.[17] Gambar di samping memperlihatkan perbedaan antara receiver machined AK-47 Tipe 2, dengan receiver stamping AKM Tipe 4, misalnya digunakannya sekrup dan bukan pengelasan, serta perbedaan lesung kecil di atas magazen.

AK-47 adalah senapan yang sederhana, tidak mahal untuk diproduksi, dan mudah dibersihkan dan dirawat. Ketahanan dan kehandalannya terkenal legendaris.[18][19][20][21] Piston gasnya yang besar, keleluasaan jarak pada bagian-bagian mekaniknya, dan desain pelurunya, membuat AK-47 bisa tetap menembak dengan lancar walaupun komponen dalamnya terisi kotoran atau benda asing. Tapi kehandalan ini sedikit mengorbankan akurasi, karena toleransi yang besar pada bagian mekaniknya tidak menjamin ketepatan dan kekonsistenan yang terdapat pada senapan-senapan yang lebih akurat.

Bidikan belakang AK-47 bisa diatur, dengan setingan jarak yang selisihnya masing-masing 100 meter. Bidikan depan juga bisa diatur setingan elevasinya di lapangan. Dan setingan horizontal diatur di gudang senjata sebelum diberikan ke pemakai. Setingan bidikan standar diatur untuk menempatkan peluru beberapa sentimeter di atas atau di bawah titik yang dibidik, pada jarak 250 meter. Setingan "point-blank" seperti ini dipakai agar penembak tidak perlu mengubah setingan alat bidik pada jarak dekat. Setingan seperti ini sama dengan yang digunakan untuk Mosin-Nagant dan SKS, agar memudahkan masa peralihan dan pelatihan.

Lorong laras dan kamar peluru, serta piston gas dan interior silinder gas AK-47 biasa dilapisi dengan krom. Ini sangat membantu memperpanjang umur alat-alat tersebut, karena mencegah korosi dan karat. Dan ini sangat penting, mengingat amunisi pada abad ke-20 sering berisi unsur merkuri yang korosif, yang mengharuskan pembersihan secara rutin untuk mencegah kerusakan. Pelapisan krom pada bagian-bagian penting senapan sekarang sudah lazim pada senjata-senjata modern.[22]

Pada masa Perang Dingin, Uni Soviet, Tiongkok, dan Amerika Serikat memberikan peralatan dan teknologi kepada negara-negara sekutu mereka, beserta pasukan-pasukan pemberontak yang mereka dukung. Pada masa itu terjadi penyebaran besar-besaran AK-47 oleh Uni Soviet dan Tiongkok kepada negara-negara dan grup-grup pro-komunis, misalnya Sandinista Nikaragua dan Viet Cong. Desain AK-47 disebarkan ke 55 angkatan bersenjata dunia.[1]

Penyebaran AK-47 ini tidak hanya terlihat dari jumlahnya saja, AK-47 ada di dalam bendera dan lambang Mozambik. Selain itu juga terdapat pada lambang Burkina Faso, dan bendera Hizbullah. "Kalash", kependekan dari "Kalashnikov", dipakai sebagai nama anak laki-laki di beberapa negara di Afrika.

Di Amerika, pembuat film sering mempersenjatai penjahat dan teroris dengan AK-47. Banyak pula permainan komputer, permainan video, dan lagu-lagu rap yang menampilkan AK-47. Pembuat mainan dan industri airsoft juga memproduksi jutaan replika AK-47.

Varian-varian Kalashnikov adalah:

Pada tahun 1978, Uni Soviet mulai menggantikan senapan AK-47 dan AKM dengan rancangan yang lebih baru, yaitu AK-74.

Yang terdaftar hanya varian militer saja. Rangkuman dari informasi yang terdapat pada buku Poyer,

Rusia telah berkali-kali mengatakan bahwa mayoritas produsen ini memproduksi AK-47 tanpa lisensi dari IZhMASh.[23][24] Perusahaan IZhMASh sendiri telah mematenkan AK-47 pada tahun 1999, dan seharusnya paten ini mencegah produksi senapan yang tanpa izin.[1][17]

" akan diabaikan (bantuan)

Wikimedia Commons memiliki media mengenai

TEMPO.CO, Moskow -Penggemar film perang pasti sedikit banyak tahu tentang AK-47. Ini adalah senjata serbu buatan Mikhail Timofeevich Kalashnikov, seorang jenderal tentara Rusia yang lahir pada 10 November 1919. Kemarin, Kalashnikov berulang tahun ke-103 tahun. Dia meninggal pada 2013 di usia ke-94.

Sejarah dan Spesifikasi Senapan Serbu yang Legendaris

Nama AK-47 merupakan singkatan dari Avtomat Kalashnikova 1947. Avtomat artinya otomatis, sedangkan Kalashnikova merupakan nama penciptanya. Angka 47 melambangkan tahun diperkenalkannya senjata ini.

Menurut Britannica, AK-47 merupakan jenis senjata bahu yang paling banyak digunakan di dunia. Ini adalah jenis senjata yang telah digunakan untuk membunuh lebih banyak orang daripada senjata api lainnya di dunia. Bahkan, senjata ini menelan korban lebih banyak daripada bom atom Hiroshima, menurut theconversation.com.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan laporan Reuters, tak hanya tentara, AK-47 juga digunakan gerakan revolusioner anti-Barat, pemimpin kiri di seluruh dunia, gangster, pengedar narkoba, mafia dan penjahat lainnya di dunia.

Rusia memang menganugerahi Kalashnikova penghargaan kehormatan negara tertinggi, medali bintang emas Pahlawan Rusia, saat ulang tahunnya yang ke-90. Namun baginya, kebanggaan atas penemuannya itu bercampur rasa sakit. Apalagi melihat senjata yang dibuatnya untuk kedamaian digunakan oleh penjahat dan tentara anak-anak.

Kalashnikova mulai mengerjakan desain senjata ini selepas Perang Dunia II pada 1945. Kemudian diperkenalkan dan dipresentasikan pada 1947 dalam kompetensi yang diikuti negara anggota Pakta Warsawa. Ada 16 konsep yang dipilih oleh Departemen Manajemen Persenjataan Kecil.

Dari jumlah tersebut, tersisih enam dan menjadi 10 desain terpilih. Hingga akhirnya hanya enam desainer yaitu Rukavishnikov, Kalashnikov, Baryshev, Korobov, Bulkin dan Dementiev yang desainnya terpilih untuk diproduksi dan dites.

Setelah desain direalisasi dan dites, senjata Bulkin menjadi yang terbaik. Tapi tak ada senjata yang dipilih karena tidak lolos spesifikasi. Keenam desainer senjata ini kemudian diminta merevisi desain awal. Setelah direvisi, tetap tak ada desain yang layak. Bahkan desain Kalashnikov menjadi yang terburuk. Komisioner kompetisi kemudian mencoba membantu para desainer dengan memberikan kritik dan saran. Hanya Kalashnikov yang merealisasikan saran tersebut. Tiga dari enam desainer tersisih. Desain Kalashnikov, Bulkin, dan Dementiev, lolos dengan rekomendasi revisi.Baca juga : Senapan Serbu AK-47: Mengenang 103 Tahun Mikhail Kalashnikov, Pencipta AK-47

Setelah diperbarui, realisasi desain ketiga desainer terakhir ini akhirnya di tes pada 16 Desember 1947 hingga 11 Januari 1948. Dalam tes ini, senjata Kalashnikov yang diberi nama AK-47 menjadi yang terbaik secara keseluruhan dibandingkan dua senjata lainnya. Senjata buatan Kalashnikov dipilih untuk diproduksi massal dan kemudian resmi digunakan Angkatan Bersenjata Uni Soviet pada 1949. Sejak saat itu, AK-47 secara luas digunakan pula oleh mayoritas negara anggota Pakta Warsawa selama Perang Dingin.

AK-47 telah banyak menjadi saksi perang-perang setelah Perang Dunia II...AK-47 telah banyak menjadi saksi perang-perang yang terjadi setelah Perang Dunia II. Antara lain Perang Vietnam, Perang Soviet-Afganistan, Perang Chechnya I, Perang Chechnya II, Perang Saudara Libya, Perang saudara Suriah, dan banyak perang lainnya. Pada 2001, saat kejatuhan Taliban di Afghanistan, AK-47 jadi senjata yang paling banyak ditemukan di sana. Menurut laporan wartawan Tempo Qaris Tajudin, senjata mematikan ini disebut bagai alat komunikasi sehari-hari kala itu. “Saat itu, senjata dipegang oleh siapa saja dan bisa diarahkan kepada siapa pun,” tulis Qaris.

AK-47 dikenal sebagai senjata yang sederhana, mudah dioperasikan, biaya pembuatannya yang tidak mahal, dan tidak rewel perawatannya. Senjata ini juga disebut sebagai legenda senjata api karena ketahanan dan keandalannya dalam menembak.

Piston gasnya yang besar, keleluasaan jarak pada bagian-bagian mekanik, serta desain pelurunya, membuat senjata ini tetap dapat menembak dengan lancar walaupun komponen dalamnya terisi kotoran atau benda asing. Kelemahannya, senjata ini memiliki akurasi yang kurang karena luasnya jarak bagian mekanik itu.

Spesifikasi lainnya, bidikan belakang AK-47 bisa diatur dengan setingan jarak masing-masing selisih 100 meter. Sementara bidikan depannya bisa diatur sesuai elevasinya di lapangan. Sedangkan untuk setingan horizontal, diatur secara pabrikan di gudang senjata sebelum diberikan ke pemakai.

Standarnya, setingan bidikan diatur untuk membidikkan peluru di titik bidik pada jarak 250 meter. Setingan standar ini dipakai agar penembak tidak perlu mengubah setingan alat bidik pada jarak dekat.

Rahasia di baik ketahanan AK-47 adalah adanya lapisan krom pada lorong laras dan kamar peluru, serta piston gas dan interior silinder gas AK-47. Keberadaan krom ini sangat membantu memperpanjang umur komponen karena mencegah korosi dan karat. Senjata abad ke-20-an rentan karat lantaran amunisi seringnya mengandung unsur merkuri yang bersifat korosif. Solusinya, membersihkannya secara teratur. Beruntung, dewasa ini, pelapisan krom pada senjata sudah hal lazim.Vladimir Putin mencoba mock-up senjata legendaris AK-47 di galeri menembak elektronik pada saat mengunjungi pusat riset dan teknologi Russian Railways, pada April 2012. SPUTNIK/ALEXEI DRUZHININ

AK-47 memiliki berat 4,3 kilogram, dengan panjang 870 milimeter. Sedangkan panjang larasnya sendiri mencapai 415 milimeter. Senjata ini menggunakan peluru berukuran 7,62 x 39 milimeter. Adapun mekanisme kerjanya menggunakan gas dan...Adapun mekanisme kerjanya menggunakan gas dan bolt berputar. AK-47 memiliki kemampuan rata menembakkan 600 butir peluru per menit.

Kecepatan pelurunya yaitu, dalam sedetik mencapai jarak 710 meter. Senjata ini efektif digunakan untuk jarak 300 meter. Ada tiga jenis amunisi yang dapat digunakan, yaitu Magazen box 30 butir, Magazen box RPK 40 butir, dan Magazen drum RPK 75 butir.

AK-47 telah dikembangkan dan banyak memiliki variasi. Beberapa varian AK-47 yaitu AK-47 1948-51 AK-47 1952, AKS-47, RPK, dan beberapa jenis AKM, serta generasi penerus AK-47 lainnya.

Berukuran 7,62 × 39 milimeter. Ini merupakan model paling awal dan sudah sangat langka. Menggunakan receiver stamping Tipe 1.

Berukuran 7,62 x 39 milimeter. Menggunakan receiver machined dengan popor dan pegangan kayu. Beratnya 4,2 kilogram. Ini adalah varian pertama yang menggunakan lapisan krom.

Senapan serbu ini menggunakan popor lipat ke bawah yang mirip popor MP40 Jerman.

Berukuran 7,62 x 39 milimeter. Merupakan versi senapan mesin. Memiliki laras yang lebih panjang. Dilengkapi dengan bipod atau penyangga kaki 2.

Ada berbagai varian AKM. Selain versi orisinal, beberapa jenis AKM yaitu AKMS, dan AKMSU

Pada 1978, Uni Soviet mulai menggantikan senapan AK-47 dan AKM dengan rancangan yang lebih baru, yaitu AK-74. Kemudian dikembangkan juga varian lainnya seperti Seri AK-101, Seri AK-103, dan Seri AK-107/108.

HENDRIK KHOIRUL MUHIDBaca juga : Daftar Senjata Amerika di Tangan Taliban: M16, Blackhawk, Drone...Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia tercatat sebagai salah satu negara pemasok senjata terbesar ke seluruh dunia.

Banyak senjata yang dibuat di negara itu, slah satunya senjata serbu yang digadang-gadang akan menjadi senjata utama tentara Rusia adalah AK-12.

Dikutip dari Gun Fandom, AK-12 adalah senapan serbu Rusia dan merupakan turunan terbaru dari senapan pola AK yang diproduksi oleh Kalashnikov Concern. Senapan ini telah diusulkan kepada militer untuk menjadi senapan utama militer Rusia, menggantikan desain pola AK lama lainnya yang digunakan di seluruh dunia.

Sejarah pembuatan AK-12 dimulai pada 2010 ketika Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa senapan ini akan diujicobakan pada 2011. Prototipe AK-12 pertama kali ditunjukkan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam kunjungannya ke Kalashnikov Concern pada tahun yang sama.

Proyek AK-12 dimulai pada tahun 2011 sebagai usaha swasta dalam upaya untuk berpartisipasi dalam uji coba "Ratnik" yang diadakan oleh militer Rusia. Sepanjang perkembangannya, AK-12 telah menerima berbagai modifikasi dan perubahan untuk memenuhi standar militer Rusia, dan untuk mengatasi berbagai masalah seperti yang terlihat pada prototipe sebelumnya.

Senjata itu bersaing dengan A-545, AEK-971 yang dimodernisasi, dalam berbagai uji coba. Pada akhir 2014, Militer Rusia mengumumkan bahwa AK-12 dan A-545 telah lulus uji negara dan secara perlahan akan dirancang untuk uji coba layanan operasional pada 2015.

Versi AK-12 yang hampir selesai dipamerkan pada September 2016, bersama dengan beberapa varian: AK-15 dengan bilik 7,62 × 39mm, dan RPK-16, varian senjata otomatis skuad AK-12 yang dimaksudkan untuk mengisi ceruk serupa yang dilakukan RPK saat AK-74 pertama kali diproduksi.

Pengujian AK-12 selesai pada Desember 2017, dengan senjata yang diadopsi oleh Angkatan Darat Rusia pada Januari 2018. AK-12 saat ini sedang dievaluasi untuk ekspor dan model sipil saat ini sedang diproduksi; Kementerian Pertahanan Armenia telah berhasil mendapatkan hak untuk memproduksi AK-12 dan 15 secara lokal pada Agustus 2018, kemungkinan besar oleh Garni-ler.

AK-12 pra-produksi yang lebih terkenal, sebelumnya dikenal sebagai AK-200, memiliki operasi yang sangat mirip dengan kebanyakan Kalashnikov, tetapi sangat dimodernisasi jika dibandingkan dengan senapan lain dalam keluarganya, seperti kontrolnya yang sepenuhnya ambidextrous dan kemampuan untuk mengganti kaliber hanya dengan mengganti larasnya.

Bersama dengan berbagai rel aksesori lainnya yang terpasang pada AK-12, ia mampu menerima berbagai jenis kaliber, dari 7,62 × 39 mm hingga 5,56 × 45 mm NATO, mampu memuat peluncur granat GP-34 di bawah laras dan juga dapat terima granat senapan karena ulir pada rem moncong.

Produksi AK-12 sangat berbeda jika dibandingkan dengan prototipe, dengan berbagai fitur seperti pegangan pengisian ambidextrous dilepas. Meski AK-12 masih merupakan desain Kalashnikov, ia memiliki lebih banyak kesamaan dengan desain AK yang lebih tua daripada prototipe, tetapi versi produksi AK-12 ini diklaim bukan AK-74 yang dipasang atau sejenisnya. Produksi AK-12 juga memiliki kemampuan untuk memasang peluncur granat underbarrel ke rel bawah.

Baik AK-12 pra-produksi dan produksi memiliki sakelar pemilih empat posisi. AK-12 pra-produksi memiliki empat pengaturan untuk ledakan tiga putaran yang aman, semi-otomatis, dan sepenuhnya otomatis; produksi AK-12 memiliki pengaturan yang sama, hanya saja pengaturan burst tiga putaran diganti dengan pengaturan burst dua putaran. Pada tahun 2020, Kalashnikov Concern mempersembahkan AK-12 versi terbaru.

?Ini adalah prototipe awal AK-12. AK-200 adalah sebutan awal untuk AK-12 hingga Januari 2012, ketika sebagian besar detail senjata masih dirahasiakan. Menurut sedikit foto AK-200 yang tersedia, itu menyerupai AK-74, AK-101 atau AK-103 yang sangat modern yang dilengkapi dengan berbagai rel Picatinny. Nama tersebut diubah menjadi AK-12 beberapa waktu pada tahun 2012; nama AK-200 saat ini digunakan pada satu set senapan serupa yang diproduksi oleh Kalashnikov Concern.

Prototipe AK-12 ini adalah yang paling terkenal dan salah satu versi paling halus dari keluarga senapan AK. Versi AK-12 ini memiliki kontrol yang sepenuhnya ambidextrous, termasuk pemilih api empat titik, pegangan pengisian ambidextrous, dan pelepasan majalah tumit di antara fitur-fitur lainnya. AK-12 memiliki popor telescoping yang dimaksudkan untuk kontrol mundur yang lebih baik; di atas popor adalah sandaran pipi yang bisa disesuaikan.

AK-12 menerima berbagai jenis magasin dari keluarga senapan AK. Meski dipuji oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, AK-12 pada akhirnya tidak diadopsi dalam bentuk ini karena persediaan AK-74 yang sangat besar.

?Render 2D AK-12/76 yang dibuat oleh komputer seharusnya adalah versi shotgun dari AK-12 dengan bilik 12 gauge yang akan diproduksi untuk pasar sipil. Senjata itu diumumkan pada 2013, tetapi tidak pernah masuk produksi.

Prototipe AK-12 yang tidak disebutkan namanya ini seharusnya adalah versi semi-otomatis dari AK-12 bilik untuk .223 Remington yang akan diproduksi untuk pasar sipil. Senjata itu diumumkan pada 2013, tetapi tidak pernah masuk produksi. Senjata itu tampaknya telah dibuat lebih sebagai senapan olahraga saat pertama kali diumumkan.

?Ini adalah AK-12 yang digunakan dalam Ujian Ratnik untuk bersaing dengan A-545. Jika seseorang belum bisa menyimpulkan, prototipe AK-12 ini sangat berbeda dari yang paling umum terlihat; sebaliknya, ini menyerupai senapan pola AK yang banyak dimodifikasi, dan sebagian besar fitur inovatif dari AK-12 yang lebih terkenal dihilangkan, seperti gagang pengisi daya ambidextrous. AK-12 berhasil dalam uji coba ini, dan menembakkan 9.000 peluru tanpa gagal.

?Ini adalah AK-12 yang diperbarui yang dipamerkan pada tahun 2017 (versi 2016 yang hampir identik memiliki skema warna yang berbeda). Sangat jelas terlihat bahwa produksi AK-12 sangat berbeda dari sampel pra-produksi yang dipamerkan beberapa tahun yang lalu; ini karena produksi AK-12 ini didasarkan pada prototipe yang agak tidak dikenal dan tidak jelas, AK-400. Juga cukup jelas terlihat bahwa AK-12 sangat mirip dengan senapan berpola AK yang lebih tua, meskipun Kalashnikov Concern menyangkal bahwa produksi AK-12 adalah AK-74 yang dipasang kembali. Produksi AK-12 memiliki berbagai rel Picatinny yang tersebar di seluruh senjata untuk memasang optik, foregrip, dan aksesori lainnya.

?Direncanakan untuk menggantikan AK-103, AK-15 adalah AK-12 yang memiliki ruang untuk kartrid 7,62 × 39mm yang sangat terkenal digunakan oleh AK-47. Meski memiliki nama yang mirip, AK-15 sama sekali tidak terkait dengan Saiga Mk-107, juga disebut AK-15 oleh beberapa sumber, meskipun keduanya memiliki desain Kalashnikov.

?Varian kompak AK-15.

?Varian senjata otomatis skuad AK-12 ini dimaksudkan untuk mengisi ceruk yang diisi kembali oleh RPK terkenal ketika diperkenalkan. Yang cukup menarik, RPK-16 merupakan modernisasi dari RPK ternama. RPK-16 menggunakan majalah drum lepas-pasang 95 putaran baru; sebagian besar magasin drum AK biasanya memiliki kapasitas 75 peluru. Dengan ruang 5,45 × 39mm, RPK-16 secara operasional juga sangat mirip dengan saudara-saudaranya yang lebih kecil.

?Varian semi-otomatis sipil AK-12 dan AK-15 yang mulai diproduksi pada tahun 2019. Tersedia dalam ukuran 5,45 × 39 mm dan 7,62 × 39 mm.

?Versi AK-12 yang menggunakan bilik 5.56 × 45mm NATO. Terutama fitur popor baru dan rem moncong baru.

Pabrikan : Kalashnikov Concern

Desainer : Vladimir Viktorovich ZlobinMikhail KalashnikovSergey Vladimirovich Urzhumtsev

Tahun Dirancang : 2010

Tahun produksi dimulai : 2018

AK-19: 5,56 × 45mm NATO

Sistem kerja : Piston gas langkah panjang yang dioperasikan dengan gas, baut berputar

Panjang Barrel : 415 mm (16,3 inci)

Tingkat siklik : 700 RPM

Jarak efektif  : 500-600 m

Kisaran efektif maksimum : 800 m

AK-12: 880-900 m / dtk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

AK-9 adalah senapan serbu buatan Rusia yang didesain untuk operasi khusus, senapan ini menggunakan peluru kaliber yang dapat menembus rompi anti peluru, senapan ini juga dilengkapi dengan peredam suara.

menggandeng DEMA FISHUM UIN Sunan Kalijaga dalam menyelenggarakan program Difussion #47 pada Jumat sore (16/4). Acara bertajuk “Jebloknya Netiquette Indonesia: Salah Netizen atau Kebijakan?” menghadirkan dua pembicara, yaitu Ndoro Kakung (Praktisi Sosial Media) dan Fajar Cahyono (Research Associate CfDS). Dimoderatori oleh Fununun Nisha, acara berlangsung melalui Zoom Meeting dan Youtube Live.

kali ini membahas mengenai buruknya etika warganet di internet. Hasil riset Microsoft menyatakan tingkat

warganet Indonesia turun sebanyak 8 poin ke angka 76 dibandingkan tahun lalu dan menempatkan Indonesia pada posisi terbawah di Asia Tenggara. Riset ini dilakukan pada 32 negara dengan lebih dari 16.000 responden. Dalam hal ini, etika warganet Indonesia dalam bermedia sosial sangat dipertanyakan.“Secara tidak langsung kita sebagai netizen atau warganet Indonesia adalah orang yang paling

sopan di Asia Tenggara,” ungkap Fajar Cahyono. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan posisi Indonesia turun dibanding tahun lalu. Di antaranya adalah tingkat hoax dan penipuan naik 13 poin ke angka 47%, ujaran kebencian naik 5 poin menjadi 27%, dan diskriminasi turun 2 poin menjadi 13%. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan mengingat masyarakat Indonesia terkenal dengan keramahan dan sopan santunnya yang baik. Namun, hal tersebut berbanding terbalik ketika di dunia digital, warganet cenderung tidak mempresentasikan budaya Indonesia. Sering kali kita melihat warganet Indonesia melakukan tindakan agresif dan berbicara tidak sepantasnya di media sosial. Sebagai contoh, beberapa akun media sosial yang diserang warganet Indonesia, yaitu Dayana, aktris Korea Han So Hee, GothamChess, dsb.

Merespon hal tersebut, Fajar Cahyono menyarankan untuk tidak menangkap secara parsial riset yang dikeluarkan oleh Microsoft. Apalagi jika kita memahami riset tersebut secara utuh, metodologi yang digunakan adalah non probability sampling yang mana hanya berlaku pada orang yang disurvei dan tidak dapat digeneralisasi. Dengan demikian, diperlukan riset lanjutan untuk memperkuat hasil.

“Harapannya kita tidak terlalu responsif dan tidak mengafirmasi secara berlebihan apa yang dikatakan Microsoft karena memang dari metodologi tidak bisa digeneralisasi,” kata Fajar Cahyono. Fajar juga menyampaikan bahwa sebenarnya sudah ada aturan normatif dalam bentuk UU ITE, namun tidak ada yang mengatur secara spesifik berkaitan dengan arahan untuk literasi digital dimana seharusnya ini dijadikan program nasional. Tantangan literasi digital bukan saja kemampuan pengguna tetapi juga terkandung roadmap literasi digital Indonesia. Ndoro Kakung menyampaikan ada empat hal yang harus dipahami sebagai literasi digital. Di antaranya; kecakapan bermedia sosial, mengetahui budaya bermedia sosial, memahami etika digital, dan memiliki pengetahuan tentang keamanan digital.

“Dengan empat kecakapan itu maka diharapkan program literasi digital akan tercapai dan efektif dan warganet menjadi lebih beradab, sopan, berpengetahuan, dan selamat menggunakan internet dan media sosial,” ujar Ndoro Kakung. (/Wfr)

The AK-107 is a Russian 5.45×39mm assault rifle developed from the AK-100-series. It features a "balanced" operating system, similar to that used in the AEK-971. In this case, the designation AK does not indicate Avtomat Kalashnikova but Alexandrov/Kalashnikov. The revised designation indicates the incorporation of a new gas system, designed by Youriy Alexandrov, for Kalashnikov-pattern rifles.

These new rifles were derived from the AL-7 experimental rifle of the early 1970s. The AL-7 utilized an innovative balanced gas operating system known as the Balanced Automatics Recoil System (BARS) developed by Peter Andreevich Tkachev of TsNIITochMash that was first used earlier on the AO-38 assault rifle of 1965 that essentially eliminated felt recoil and muzzle rise. The system was modified by Alexandrov, then a junior engineer at Izhmash, and prototypes were produced under the designation AL-7. The AL-7 was considered too expensive for production at the time and the Soviet Army selected the AK-74 instead as the new service rifle. No further development occurred until the mid-1990s when Alexandrov, by then a senior engineer, was directed to update his design for production as a less expensive alternative to the AN-94. The new rifle differs only slightly from the original AL-7. The AK-107 receiver is not fluted and a three-round burst feature has been added. There is otherwise little difference between it and the AL-7 prototypes.

The AK-107, AK-108, and AK-109 represent a significant change to the Kalashnikov operating system originally designed in the late 1940s. This system uses a recoil-reducing countermass mechanism with two operating rods that move in opposite directions, thereby providing "balance". One operating rod, the upper, has a gas piston facing forward while the lower also has a gas piston. The gas tube at the forward end of the handguard is double-ended to accommodate the two rods. The enlarged gas tube cover of the upper handguard guides both rods in their travel.

When the rifle is fired, gas is tapped from the gas port to enter the gas tube, driving the bolt carrier to the rear and the counter-recoil upper rail forward. The critical timing of the reciprocating parts is accomplished by a star-shaped sprocket that links and synchronizes both components, causing both to reach their maximum extension, or null point where forces are exactly equal, at exactly the same instant. The felt recoil is therefore eliminated, enhancing accuracy and assisting control during fully automatic fire. The travel distance of the AK-107 reciprocating parts is less than other Kalashnikov designs, so the cyclic rate is higher at 850–900 rounds/min rather than 600 rounds/min on other AK rifles. However, as the felt recoil is virtually eliminated, the manufacturer claims that accuracy is enhanced, especially during burst fire. An enhancement of 1.5 to 2 times, compared to the original AK-100 series, has been reported.[2]

The AK-107 is a selective fire weapon, with a three-round burst capability in addition to semi-automatic and fully automatic firing modes. The system on the AK-107 resets to three-round burst each time the trigger is released, even if only one or two rounds were fired. External differences between the AK-107 and its predecessors are minor. They include a modified ejection port and a much thicker operating rod cover. The method of attaching the receiver cover now involves a rotating latch in place of the traditional Kalashnikov button at the rear of the receiver cover. The rear sight is also attached directly to the receiver cover rather than to the receiver itself and the selector has four positions instead of three. Optical and night sights can be installed, the rifle can also accept a 40 mm GP-25 grenade launcher.

The AK-108 is a version of the AK-107 chambered in 5.56×45mm NATO, and the AK-109 is a less known and produced version chambered in 7.62×39mm. Like the rest of the AK-100 series, these newer AKs use synthetic materials such as black fiberglass-reinforced polymer for the pistol grip and heat shield. This material is more cost efficient and much stronger than the original AKM/AK-74 wood furniture.[3]

In March 2013, Izhmash debuted a civilian version of the AK-107/AK-108 rifle designated the Saiga MK-107. The MK-107 features improvements over the original AK-107 design including a rounded ergonomic charging handle, a button-style safety above the trigger guard, AR-15-style pistol grip and stock (made by Israeli firm CAA Tactical), and full length top picatinny rail.[4]

Wikimedia Commons has media related to

%PDF-1.6 %���� 20654 0 obj <> endobj 20661 0 obj <>/Filter/FlateDecode/ID[<7022074A30BEE94F8FE786ACA1D36421><9BED8B043B86AE41BEB07F5EE8B76339>]/Index[20654 10]/Info 20653 0 R/Length 47/Prev 47576793/Root 20655 0 R/Size 20664/Type/XRef/W[1 2 0]>>stream h�bbd`b�:���X�zL�@� ��dbx[��`���2@� `� endstream endobj startxref 0 %%EOF 20663 0 obj <>stream h��V�WY��Y��X`�6ءG<�aEI�����"�I��ҢhE�x�Å�B+���.k���L+O��[Γ�*�=�+�_�\"0[�����T�q,LU~�T��"^���uk‡f9��-�y������^�3~nI9�긿�=u����S|�18=k�eJa��;�OKo,�{�t���~�g���h�+���뙿��;;X��ĉ��f�O�{-��H֟�7p@v��V�C"�>7{��L�N�c�0a�m��&�[��Un$�����"�7˩������(������u䗾�3�]w�UmϬ�=��Ꮵ[��&lO��_���m�oO�:f4�k�\嚤 �D &����N��J�D�L7���o0�f�|^�o��æ���|v�p�Ʀo�� �B\yalU�,�<�ϘZ��_� ~Ν��[�f������io�ח�,Y�U���&X�$瘝r��W��V�朜��6hdP�s��%<���Ҧ�DR��v�spKb����<��N��G}HU���ub/x��Y���iu�_t)�����qpCX���N�@���-OOw&�+y��"������%}I�R��|pA���{|�Oq��l������n����~ǘ��/����W��w��9�.�=�*x\�u�k�7�y9�4#�zso�Қ򍹱^�/�]:�����l��rg!7ykV�ȁ���ͳJ��–N�U��I��Rl�pz���Q��@�x�Q���:7j��k�F��-/�v}�?��������,�|o=ߦ��7F�%:��=��:^[��A�c���Ь^cq�����ˊ�r�Q"��A�U������tC��=�-�ۮ�J�}�ܙQ��J�pͻ1�2T�m���P��g5�+�z^Pw�>�M�îT�+���8K� t�iY�%5��5D����p��hQ���D�X�z������eT��^�.��n��Cj�!��m��6����금$�,)�'粤K����zK� *-@$h=��h��`��8G�e��PAz�@OԠ@=5�D��w#�/�n3���#P�^��/D�ـ��.DexH�6DV�Z�H�����!`ц��PY�"��A^�AǍ�2c�Ј �K�Ŕ�X��� g�E(�pǽ���#�9;j9�#��r=�Hʄ�� ��#%z�1Ͽx9��� �q�+i;~x ��4���`�-J�b8 DR�L����k�J� �$0���5�����!&P�/s����w�>D��� &�KT�a��%ȧc����Z�- k%� )y"'�u��o�@$ɵ�� ��LZ�I� ̠E�wS��T�1�_���D���(����a������KU� �t�� K�"�����WgH���5Xw5և��jl��N���j��5( ��MC5���!{c�yQ�Ea�:�+c�I`W��Q�¨S'A2O��! ���r���� �� �L��M� ����i��e��x �L��3ob��̇��~����3����`�)��)�ڜl�IS[VZ�晼-a��2q :��Rb�%���Z[�����P˚O�;�W�Q�<뉏�,�'���S�;���g�_�Mf[5� �1Wİ�\m���ܤ?��Sm���������� ASV���=h^O�ּ�j���K8�`*�}3��eR��������{���^h/d�…�[8���0a�=ӑy���^8���6��U�Hd}z*� ;�w��~����o�'�b�LK�Y�y������O� l�B& endstream endobj 20655 0 obj <>/Metadata 3499 0 R/Pages 20552 0 R/StructTreeRoot 6412 0 R/Type/Catalog>> endobj 20656 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC]/XObject<>>>/Rotate 0/StructParents 0/Tabs/S/Type/Page>> endobj 20657 0 obj <>stream H��T]kQ�s�<�}�{�? ����@�,�!�"�������=s���CD��^gϜ9sf��U3{�:9�Κf4~���]U/�T�M��Su1yh���M�^�z��t'I�U�\Ը��-'��MW���=���}��#�I)C?ċ䥔>��1��sI�]��%��v)�d��N��/�]��-�M���r:��B�����O�T�W�OB)Pt 1J8 z�05)�E�Z�)=]�KO(<'g�/���t�JXm�="�J��Mwڰ�)�h���UAD�~�4���1�O�vA}�(�E�ϳ�z@���p����U�i��Y����q�!_��#�Ω��Db��.� �x��|+�Zw��ސ�[�]}�cxI�j�>����p���3�PL�b1YP�!���H)l�sd�2r�x�SD����1��Iј�h�.чcГ(-M6�w��Id�̀���րӶT�5�����3�@T.`g/_Q�F��M)d��s5��V?8a��w��1�W2�1cj,C�n @ƌ���A�=���I�u��_� �߳ endstream endobj 20658 0 obj <>stream h�22033R0P���wJ,Nu��+���M-� ��M��w�K�O��K���s�+΄�K�J*R�C���~H~h^&P&U�����h`XFd��@� �!� endstream endobj 20659 0 obj <>stream H�\�͎�0������� g����n��&m�Ę����ż}}.dz�E��g�|�n�|�|�����1��b�nh�x�s���ݐ�����M2�����������4����,I��e~5�t}�}z�z�h?�&�Y�mn�� ״���6x�O����a1V��.<���uM�ϻd��� coS�\טU�Mն�,�k�[�\Z�y;�6�@ �S`G�S���I�=�^��A���P�$(�^���V�BpQ �F�Hh ڿ T�T�T�T�T�T�T�T�T�T�T�T�T�T�T�T��QE!�lzΪ���:�@��ց��$;(K��t�(K���ʒH;"eI�w(�,V�{�t#a]�t#��NvЍ��A �H���n$,�r��x\��%, �(ټT�=�{� ���mI��~+GA���^a9��K��˯�9�^���[9����Q�g/������W�<{���{��H�W��Q�_?=s�<&�'�ۈ �yNLƤ.N�n�o�t'�2�e��0 t�ez endstream endobj 20660 0 obj <>stream jP � ftypjp2 jp2 jpxbjpx rreq�� � @ - -jp2h ihdr � i colr �jp2c�O�Q / i � �R �\ #B@ H H P H H P H H P H H P H H P �� � ��ϴ� Q-ԸG���d�Yo�>��n���T@�t$�u)��ΖPx�bcq�D ����->�2*S�i\.��X>����,B>�ϴ�)���s��/����$�ù::c��6�Xo�����m�hB���2���� � ��ϴ��JW�D]* �Enȹِ��X��!���mR_$[]�ٲ��B����B`(LK���%�ϴ��l��[S;WO4J$���]���I���C[�U� �;�vw�`��|Vb��� x ��ϴ��J`)���|'��s;��aږ��zL14ƣ�qX�p����?��&�2D�9�6Uϴ�����ٽ�V�9N�{�ޤӟ��J���R;�{hP%��~�� Q ��ϴ` \�8f�@�y^���Z%�@5������"��Ė� ���( Y�Ksިf�r�����r�� � ��ϴ� Jx� &g6d��������Z�G�,ԇ~!�&A�"� �6��+��+�9�+*yŎĘ2���Yϴ�'5�H�Ȥ=�yC��i�-]'}u�> ��&��?���ޝ�6�� � ��ϴ�,}C�{W� �A~i����'��6�W^���A��2ڠL�G�ό� җ��S:���i�|����[LD߰�ϴ� T3�㱕���H���͊��2��/�)�-26��!M#���G���h'�����]���� | ����N;�j��R��a��,G5�h��33�_D�?�6��� u��;$)��N:����ֺ�^ 6ϴ� [;�f�ǝ �j��ug�`ilr��v�6��l��u6� TQVWa�� N ��ϴX \�z� ����0�b+�$:9�/��Gk� ��,$�����& Z�B��S����k���k�� � ��ϴ� Jx�7��}@ P���a>;,ǜ�$�d�<�~���p]z��8v�&��$�l���)���7+�5&�ξ��J���ϴ�'5Jle�p�Ֆ�>�\���t�p�(v������6�����c��M^��� � ��ϴ�v��D�W��r�)H���+R-�����L>dܮ��E֜J�f�{M� /�E���R��ü���-���q?�ϴ���R������G�/�d 5)��IƔG�Օ�Z�A�c{*d�o)���t�}�m�� � ����\�{Y;�sx���l4����H��s"�U���+��(�5|�[�*���Q B����ZuSF*��Hϴ�,�5q�R(;�H�g5":�!˩|���G�D�

Meskipun mungkin tidak setenar negara-negara produsen mobil raksasa seperti Jepang atau Jerman, sejumlah merek mobil buatan Indonesia yang telah menorehkan namanya dalam perjalanan industri otomotif tanah air.

Meskipun perjalanan industri otomotif Indonesia tidak selalu mulus, semangat inovasi dan keinginan untuk maju terus mendorong perkembangan mobil-mobil buatan dalam negeri.

Artikel ini akan mengajak kamu mengenal sejarah, perkembangan, dan inovasi dari berbagai merek mobil buatan Indonesia, serta mengulas keunggulan, harga, spesifikasi, model, dan desain mobil-mobil tersebut.

Merek Mobil Buatan Indonesia

Mari kita lihat lebih dekat beberapa merek mobil buatan Indonesia yang telah mewarnai sejarah dan perkembangan industri otomotif tanah air:

Esemka adalah salah satu merek mobil buatan Indonesia yang paling dikenal.

Proyek ini bermula dari sebuah inisiatif siswa SMK di Solo untuk menciptakan mobil sendiri.

Ini benar-benar bukti nyata semangat inovasi dan kemampuan anak bangsa dalam menciptakan produk otomotif berkualitas.

Esemka telah berhasil memproduksi beberapa model, termasuk Esemka Bima, yang merupakan kendaraan niaga ringan.

Mobil ini didesain untuk memenuhi kebutuhan transportasi di daerah perkotaan dan pedesaan, dengan harga yang terjangkau dan fitur yang memadai.

Esemka Bima menjadi bukti bahwa mobil buatan Indonesia juga bisa bersaing di pasar otomotif, baik dari segi kualitas maupun harga.

Maleo adalah proyek merek mobil buatan Indonesia yang digagas oleh BJ Habibie pada tahun 1996.

Mobil ini dirancang sebagai sedan nasional pertama, dengan harapan bisa menjadi kebanggaan Indonesia di kancah otomotif dunia.

Sayangnya, proyek ini terhenti karena adanya krisis moneter yang melanda Indonesia pada saat itu.

Meskipun Maleo tidak pernah diproduksi secara massal, mobil ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah industri otomotif Indonesia.

Maleo menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menciptakan mobil nasional yang berkualitas, dan menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terus berinovasi.

Timor adalah merek mobil buatan Indonesia yang sempat populer pada era 1990-an.

Mobil ini diproduksi oleh PT. Timor Putra Nasional (TPN), yang didirikan oleh Tommy Soeharto.

Timor S515 adalah model yang paling dikenal, dengan harga yang terjangkau pada masanya, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang bisa memiliki mobil sendiri.

Meskipun produksi Timor terhenti pada tahun 2000, mobil ini tetap menjadi bagian dari sejarah industri otomotif Indonesia.

Timor menunjukkan bahwa Indonesia mampu memproduksi mobil secara massal dan menawarkannya dengan harga yang kompetitif.

AMMDes (Alat Mekanis Multiguna Pedesaan) adalah kendaraan serbaguna yang dirancang khusus untuk kebutuhan pedesaan.

Merek mobil buatan Indonesia ini mampu mengangkut beban hingga 700 kilogram dan telah berhasil diekspor ke berbagai negara.

AMMDes membuktikan bahwa mobil buatan Indonesia juga mampu bersaing di pasar internasional dan memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai belahan dunia.

Desain AMMDes yang sederhana dan tangguh membuatnya cocok untuk digunakan di medan yang berat dan jalanan yang kurang baik, seperti di pedesaan.

Mobil ini bisa digunakan untuk mengangkut hasil pertanian, barang-barang kebutuhan sehari-hari, atau bahkan sebagai ambulans darurat.

AMMDes adalah bukti nyata bahwa inovasi mobil buatan Indonesia juga bisa memberikan solusi bagi masyarakat di daerah terpencil.

Tawon adalah mobil kecil yang diproduksi oleh PT Super Gasindo Jaya.

Mobil ini dirancang sebagai kendaraan murah dan ramah lingkungan untuk pasar domestik.

Tawon menunjukkan bahwa inovasi mobil buatan Indonesia juga mencakup pengembangan kendaraan hemat energi dan berkelanjutan.

Dengan ukurannya yang kecil dan konsumsi bahan bakar yang efisien, Tawon cocok untuk digunakan di perkotaan yang padat.

Mobil ini juga mudah diparkir dan lincah bermanuver di jalanan yang sempit.

Tawon adalah pilihan yang menarik bagi mereka yang mencari kendaraan praktis dan ramah lingkungan.

Tucuxi adalah mobil listrik sport yang dirancang oleh Danet Suryatama.

Mobil ini sempat menjadi sorotan karena inovasinya dalam teknologi kendaraan listrik.

Tucuxi membuktikan bahwa Indonesia juga mampu mengembangkan kendaraan listrik yang canggih dan bertenaga.

Dengan desain yang futuristik dan performa yang impresif, Tucuxi menunjukkan bahwa mobil listrik tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga bisa keren dan sporty.

Mobil ini menjadi bukti bahwa Indonesia siap memasuki era kendaraan listrik dan bersaing di pasar global.

Selo adalah mobil listrik lainnya yang dirancang oleh Ricky Elson.

Mobil ini juga merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk mengembangkan kendaraan ramah lingkungan.

Selo menunjukkan komitmen Indonesia dalam mengembangkan teknologi mobil Indonesia yang berkelanjutan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Selo didesain sebagai mobil keluarga yang nyaman dan praktis, dengan kapasitas penumpang yang cukup besar.

Mobil ini membuktikan bahwa mobil listrik bisa menjadi pilihan yang ideal untuk keluarga modern yang peduli lingkungan.

GEA (Gulirkan Energi Alternatif) adalah mobil yang dirancang oleh PT INKA (Industri Kereta Api).

Mobil ini menggunakan bahan bakar gas dan dirancang untuk menjadi kendaraan hemat energi.

GEA menunjukkan bahwa inovasi mobil buatan Indonesia juga mencakup pengembangan kendaraan dengan bahan bakar alternatif yang lebih bersih dan efisien.

Dengan menggunakan bahan bakar gas, GEA menghasilkan emisi yang lebih rendah dibandingkan mobil berbahan bakar bensin.

Mobil ini juga lebih hemat bahan bakar, sehingga bisa menghemat pengeluaran kamu dalam jangka panjang.

GEA adalah pilihan yang menarik bagi mereka yang mencari kendaraan yang ekonomis dan ramah lingkungan.

Mahesa adalah kendaraan niaga yang dirancang untuk kebutuhan pedesaan.

Mobil ini dirancang untuk menjadi kendaraan serbaguna yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti mengangkut hasil pertanian, barang-barang kebutuhan sehari-hari, atau bahkan sebagai angkutan umum di daerah terpencil.

Mahesa menunjukkan bahwa mobil buatan Indonesia juga mampu memenuhi kebutuhan spesifik pasar domestik, terutama di daerah pedesaan yang memiliki infrastruktur jalan yang terbatas.

Mobil ini didesain untuk tangguh dan bisa diandalkan di berbagai medan.

Beta97 adalah proyek mobil yang digarap oleh PT Bakrie Motor.

Sayangnya, proyek ini harus dihentikan karena krisis moneter yang melanda Indonesia pada saat itu.

Meskipun Beta97 tidak pernah diproduksi secara massal, mobil ini tetap menjadi bagian dari sejarah industri otomotif Indonesia dan menunjukkan bahwa Indonesia pernah memiliki ambisi besar dalam mengembangkan industri otomotif nasional.

Kancil adalah mobil kecil yang dirancang untuk menjadi kendaraan murah dan hemat energi.

Mobil ini dirancang untuk pasar domestik dan memiliki desain yang sederhana namun fungsional.

Kancil menunjukkan bahwa mobil buatan Indonesia juga mampu menawarkan solusi transportasi yang terjangkau bagi masyarakat luas.

Dengan harga yang murah dan konsumsi bahan bakar yang irit, Kancil cocok untuk digunakan sebagai kendaraan sehari-hari, terutama bagi mereka yang memiliki anggaran terbatas.

Mobil ini juga mudah dirawat dan suku cadangnya mudah didapatkan, sehingga biaya perawatannya pun terjangkau.

Si Elang adalah mobil yang dirancang oleh PT Pindad, yang lebih dikenal sebagai produsen alat militer.

Mobil ini dirancang untuk kebutuhan militer dan sipil, menunjukkan bahwa mobil buatan Indonesia juga mampu memenuhi kebutuhan sektor pertahanan dan keamanan, serta kebutuhan masyarakat umum.

Si Elang memiliki desain yang tangguh dan bisa diandalkan di berbagai medan.

Mobil ini bisa digunakan untuk keperluan patroli, pengintaian, atau bahkan sebagai kendaraan evakuasi di daerah bencana.

Si Elang adalah bukti bahwa Indonesia mampu menciptakan mobil multifungsi yang berkualitas.

Merek mobil buatan Indonesia telah melalui perjalanan panjang dalam sejarah industri otomotif tanah air.

Dari proyek-proyek awal hingga mobil-mobil modern yang inovatif, mobil buatan Indonesia terus berkembang dan menunjukkan potensinya.

Kalau kamu punya mobil-mobil merek di atas, pastikan untuk rawat kondisinya dengan prima agar bebas dari kerusakan.

Solusi jitunya, bisa kamu bawa mobilmu ke Dokter Mobil.

Dokter Mobil hadirkan beragam jenis service mobil yang bisa bantu kamu atasi beragam permasalahan yang ada di mobil.

Apalagi Dokter Mobil sudah resmi bersertifikasi ISO 9001:2015, sehingga kualitas service mobilnya sangat terjamin.

Sering hadir dengan promo-promo menarik, yuk, service mobilmu ke Dokter Mobil sekarang dengan cara klik tombol reservasi di bawah ini!